MAKALAH
SKEPTISISME DAN TEOLOGI
Di susun Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Pendidikan Akhlak
Dosen
Pengampu : H. Muammar M.H
Oleh
:
Ade Taufiq Hidayatullah
A01140013
PROGRAM STUDI AHWAL ASYAKHSHIYYAH
FAKULTAS AGAMA
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR
BANTEN
2015
Kata
Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
puji syukur
selalu kita panjatkan kepada Sang Maha Kuasa.
Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa selalu member kita nikmat sehat akal
maupun pikiran disetiap waktu sehingga pada kesempatan kali ini masih di
kemerdekaan dalam mengerjakan aktifitas sehari yang mana tanpa adanya nikmat
dari-Nya kita tidak mungkin bisa menikmati kesempatan yang berbahagia ini. Shalawat beriring salam senantiasa semoga selalu dapat tercurah kepada Muhammad SAW, sang Revolusioner Sejati anti korupsi, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada umatnya hingga akhir zaman.
Terima kasih kepada bapak dosen selaku dosen mata kuliah
pendidikan akhlak yang telah memberikan tugas ini yang berupa makalah, yang
insyaAllah dengan adanya makalah ini kita mampu bersinergi dalam dunia
akademika sebagai insan akademis.
Makalah dengan judul skeptisisme dan teologi ini di
buat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Akhlak, di
dalalmnya penjelasan mengenai pengertian skeptisisme dan teologi sekaligus
menjelaskan sedikitnya ada teori tentang skeptisisme tersebut. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan evaluasi
kritis dan diharapkan mampu memberikan solusi yang solutif untuk masa yang akan dating. Akhirul kalam, penyusun sadar makalah ini
masih jauh dari kata smpurna. Maka dari itu, penyusun mohon maaf atas segala kekurangan dan
kekhilafan dalam penyusunan makalah ini.
Yakin Usaha Sampai
Billahittaufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikumm
wr. wb
Cikaliung,
25 Mei 2015
Ade
Taufiq Hidayatullah
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..........................................................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................
A. Pengertian
Skeptisisme..................................................................................
B. Bentuk-Bentuk
Skeptisisme...........................................................................
C. Tokoh-Tokoh
Skeptisisme..............................................................................
D. Pengertian
Teologi Islam................................................................................
E. Sumber-Sumber
Pembahasan Teologi Islam..................................................
F. Hubungan
Ilmu Teologi Islam.......................................................................
G. Manfaat
Ilmu Teologi Islam...........................................................................
BAB
III
PENUTUP.................................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................................
B.
Saran......................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam menjalani
kehidupan suatu hal yang kita mantapkan adalah aqidah/kayakinan kepada allah
SWT. Rasanya aktifitas sehari-hari tak ada gunanya jika tidak di dasari dengan
keimanan yang kuat. Dalam kajian ini kita telah mengenal Teologi Islam yang
membahas tentang pemikiran dan kepercayaan tentang ketuhanan. Teologi Islam ini
sudah sepantasnya kita ketahui agar dalam menjalani kehidu pan ini kita
mengetahaui dan menjadi Idealnya orang Islam.
Dalam kehidupan
sehari-hari kita banyak menjumpai perbedaan-perbedaan pemikiran dan aqidah yang
mengiringi, dan kita harus pandai dalam memilih dan memilahnya dengan
berlandaskan Al-qur’an dan Al-hadist. Perlu kita mengingat apa yang pernah di
katakan oleh Rasulullah bahwa “ umatku akan berpecah menjadi tujuh pulu tiga dan
hanya satu yang benar.” Perbedaan pemikiran tersebut membuat mereka saling
menyalahkan, antara lain yang kita ketahui adalah: Ahlussunnah Wal Jama’ah,
Mu’tazilah Qodariyah dll. Yang semuanya memiliki pendapat masing-masing tentang
Tauhid/keyakinan atau tentang hal ketuhanan.
Kita sebagai orang yang
memegang agama allah harus mengetahui manakah pemikiran yang benar dal yang
salah, dalam memandangnya kita harus berpegang teguh pada Al-qur’an dan
Al-hadist. Hal ini merupakan hal penting yang harus di pelajari agar apa yang
menjadi keyakinan kita tentang Allah tidak salah, dan seaandainya apabila
keyakinan kita salah tentang-Nya maka kita bisa saja kita di anggap orang
keluar agama Islam. Sebelum mengenal teologi Islam, kita terlebih dahulu
mengenal istilah atau ilmu filsafat islam dan tasawuf. Dan kesemuanya itu
memiliki hubungan khusus. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara ringkas
mengenai studi teologi islam baik meliputi Pengertian teologi islam, Ruang
lingkup studi islam, Sumber-sumber Teologi Islam
Dalam menjalani
kehidupan suatu hal yang kita mantapkan adalah aqidah/kayakinan kepada allah
SWT. Rasanya aktifitas sehari-hari tak ada gunanya jika tidak di dasari dengan
keimanan yang kuat. Dalam kajian ini kita telah mengenal Teologi Islam yang
membahas tentang pemikiran dan kepercayaan tentang ketuhanan. Teologi Islam ini
sudah sepantasnya kita ketahui agar dalam menjalani kehidu pan ini kita
mengetahaui dan menjadi Idealnya orang Islam. Dalam kehidupan sehari-hari kita
banyak menjumpai perbedaan-perbedaan pemikiran dan aqidah yang mengiringi, dan
kita harus pandai dalam memilih dan memilahnya dengan berlandaskan Al-qur’an
dan Al-hadist. Perlu kita mengingat apa yang pernah di katakan oleh Rasulullah
bahwa “ umatku akan berpecah menjadi tujuh pulu tiga dan hanya satu yang
benar.” Perbedaan pemikiran tersebut membuat mereka saling menyalahkan, antara
lain yang kita ketahui adalah: Ahlussunnah Wal Jama’ah, Mu’tazilah Qodariyah
dll. Yang semuanya memiliki pendapat masing-masing tentang Tauhid/keyakinan
atau tentang hal ketuhanan. Dan kita sebagai orang yang memegang agama allah
harus mengetahui manakah pemikiran yang benar dal yang salah, dalam
memandangnya kita harus berpegang teguh pada Al-qur’an dan Al-hadist. Hal ini
merupakan hal penting yang harus di pelajari agar apa yang menjadi keyakinan
kita tentang Allah tidak salah, dan seaandainya apabila keyakinan kita salah
tentang-Nya maka kita bisa saja kita di anggap orang keluar agama Islam.
Sebelum mengenal teologi Islam, kita terlebih dahulu mengenal istilah atau ilmu
filsafat islam dan tasawuf. Dan kesemuanya itu memiliki hubungan khusus. Dalam
makalah ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai studi teologi islam baik
meliputi Pengertian teologi islam, Ruang lingkup studi islam, Sumber-sumber
Teologi Islam, dll.
B. Rumusan Masalah
a.
Apakah pengertian skeptisisme?
b.
Apakah
pendapat para ahli mengenai aliran naturalisme pendidikan
?
c.
Apa yang di maksud dengan teologi, dan
seperti apa Ruang lingkup Teologi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Skeptisisme
Skeptisisme atau mempertanyakan, ketidakpercayaan (Yunani: 'σκÎπτομαι' skeptomai,
dalam penggunaan umumnya adalah untuk melihat sekitar, untuk mempertimbangkan;
jika dilihat dari kata perbedaan ejaan kata) merujuk kepada:
1. suatu sikap keraguan atau disposisi
untuk keraguan baik secara umum atau menuju objek tertentu;
2. doktrin yang benar ilmu pengetahuan
atau terdapat di wilayah tertentu belum pasti; atau
3. metode ditangguhkan pertimbangan,
keraguan sistematis, atau kritik yang karakteristik skeptis (Merriam-Webster).1
Istilah “skeptisisme” berasal dari
kata yunani skeptomai yang secara harfiah pertama-tama berarti “saya
pikirkan dengan seksama” atau “saya lihat dengan teliti”, kemudian dari situ
diturunkan arti yang biasa dihubungkan dengan kata tersebut, yakni “saya
meragukan”. Para filsuf Yunani Kuno dibuat bertanya-tanya oleh adanya beberapa
gejala pengalaman keindraan, seperti ilusi, mimpi, halusinasi yang kadang sulit
dibedakan dari persepsi keindraan yang ”normal” terhadap benda-benda fisik.
Pengalaman-pengalaman yang secara statistis tidak biasa seperti itu menimbulkan
pertanyaan dalam benak mereka tentang keandalan persepsi indrawi dan dengan
demikian memunculkan keraguan tentang pengalaman perceptual yang kebanyakan
orang begitu juga mengandaikan kebenarannya..2
Dalam masyarakat Para skeptik adalah
orang-orang yang tiada henti mencari tahu dan bertanya mengenai berbagai
hal-hal di sekitarnya. Dalam proses pencarian ini para skeptik melakukan
berbagai penelitian, investigasi, penelusuran, pertimbangan, dan penilaian yang
didasarkan pada bukti-bukti yang relevan dengan ditopang oleh daya pikir kritis
dan berbagai argumentasi yang jernih serta masuk akal. Dengan demikian,
skeptisisme merupakan suatu proses dalam menerapkan pikiran kritis dan akal
sehat untuk memutuskan/menentukan/menetapkan kesahihan sebuah subjek atau masalah.
Hal ini dinamakan dengan proses penemuan akan kesimpulan yang didukung oleh
berbagai fakta, data, serta logika, dan bukannya pembenaran/penegasan terhadap kesimpulan yang
sudah ada.[1][3]
Menurut Louis O. Kattsof Skeptisisme
adalah ketika melihat benda yang ada dengan indrawi kita, kemudian ketika benda
tersebut tidak ada kita masih dapat
mengalami pengindraan(berhayal). Penganut skeptisisme ekstrem mengingkari
pengetahuan, dan bila skeptisisme kurang ekstrem tidak ada cara untuk
mengetahui kita mempunyai pengetahuan[2][4]
Dari beberapa definisi di atas dapat
di simpulkan bahwa Skeptisisme adalah meragukan sesuatu yang sudah pasti.
B.
Bentuk – Bentuk Skeptisisme
Skeptisisme memiliki banyak bentuk dan warna. Mereka berbeda
baik dalam tema, lingkup maupun bobot keraguannya. Bila di tinjau dari ruang
lingkup bidangnya, skeptisisme di bedakan menjadi dua, yaitu
a.
Skeptisisme Mutlak atau Skeptisisme Universal.
Skeptisisme ini mempunyai pendapat
bahwa mengingkari kemampuan manusia untuk mengetahui sessuatu dan meragukan
semua jenis pengetahuan. Skeptisisme macam ini jarang diikuti orang karena
paham ini sulit untuk dihayati. Bahkan para filosof yang mengaku menganut faham
ini saja mempunyai pengecualian mengenai proposisi apa yang langsung dialami
dari lingkup hal yang diragukannya.
b.
Skeptisisme Nisbi atau Skeptisisme Partikular.
Skeptisisme ini mempunyai pendapat
bahwa tidak meragukan segalanya secara menyeluruh tapi hanya meragukan
kemampuan manuia untuk tahu dengan pasti dan member dasar pembenaran yang tidak
diragukan lagi untuk pengetahuan dalam bidang – bidang tertentu saja. [3][5]
C.
Tokoh-Tokoh Skeptisisme.
a.
Rene Descartes (1596-1650 M)
Metode Keraguan (Skeptisisme)
berawal dari pemikiran bahwa untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, ia
meragukan (skeptis) terlebih dulu terhadap segala seuatu yang dapat
diragukan. Mula-mula ia meragukan semua yang dapat diindera, obyek yang
sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah langkah pertama metode skeptis
terebut. Dia meragukan adanya badannya sendiri, keraguan itu menjadi mungkin
karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman
dengan roh halus ada yang sebenarnya tidak jelas. Di dalam mimpi seolah-olah
seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak
mimpi. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, maka dalam keragu-raguan itu
jelas ia ada sedang berfikir. Sebab yang sedang berfkir itu tentu ada dan jelas
terang benderang “Corgito Ergo Sum” (saya berfikir, maka
jelaslah saya ada).
Metode keraguan Descartes bukanlah
tujuannya. Tujuan metode ini bukanlah untuk mempertahankan keraguan, sebaliknya
metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian. Keraguan Descartes hanya
digunakan untuk menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu
yang tidak dapat diragukan.
Lebih lanjut descartes mengatakan
bahwa sumber kebenaran ialah rasio. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa
seseorang kepada kebenaran, yang benar hanyalah tindakan akal yang terang
benderang yang disebutnya Ideas, Claires at Distinctes
(pemikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang ini
pemberian Tuhan sebelum dlahirkan Idea innatal = ide bawaan).
Descartes mengembangkan metode
filsafat keraguan ini dengan tahap-tahap rinci yang bisa kita lewati. Oleh
karena itu, metode yang dikembangkan oleh Descartes ini biasa disebut juga
sebagai skeptik-metodik, artinya keraguan yang didasarkan atas
suatu metode sistematis untuk sampai pada kebenaran.
b.
David Hume
David Hume (1711-1776) adalah filsuf sekaligus sastrawan
dari Skotlandia yang hidup pada zaman para ahli pikir mengadakan pembahasan
tentang watak, moral dan agama. Dia ikut dalam berbagai pembahasan tersebut dan
memengaruhi perkembangan dua aliran. Aliran yang dipengaruhinya adalah skeptisisme
Dalam hal skeptisisme, Hume mencurigai pemikiran
filsafat dan di antara pemikirannya adalah bahwa prinsip kausalitas
(sebab akibat) itu tidak memiliki dasar. Ia juga seorang agnostik, yakni orang
yang berpendirian bahwa adanya Tuhan itu tidak dapat dibuktikan dan tidak dapat
diingkari.Karya filsafat Hume yang paling terkenal adalah Treatise of Human
Nature, Philosophical Essays Concerning Human Understanding dan Inquiry
Concerning the Principles of Morals.
D. Pengertian Teologi Islam
Teologi
dari segi etimologi berasal dari bahsa yunani yaitu theologia. Yang terdiri
dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang artinya ilmu.
Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan . menurut William L. Resse,
Teologi berasal dari bahasa Inggris yaitu theology yang artinya discourse or
reason concerning god (diskursus atau pemikiran tentang tuhan) dengan kata-kata
ini Reese lebih jauh mengatakan, “teologi merupakan disiplin ilmu yang
berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu
pengetahuan. Gove mengatkan bahwa teologi merupakan penjelasan tentang keimanan,
perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional. Sedangkan menurut Fergilius
Ferm “the discipline which consern God (or yhe divine Reality)and God relation
to the word (pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam semesta). Dalam
ensiklopedia everyman’s di sebutkan tentang teologi sebagai science of
religion, dealing therefore with god, and man his relation to god (pengetahuan
tentang agama, yang karenanya membicarakan tentang tuhan dan manusia dalam
pertaliannya dengan tuhan).
Disebutkan
dalam New English Dictionary, susunan Collins, the science treats of the facts
and phenomena of religion and the relation between God and men (ilmu yang
membahs fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan hubungan- hubungan antara tuhan
dan manusia). Sedangkan pengertian teologi islam secara terminologi terdapat
berbagai perbedaan. Menurut abdurrazak, Teologi islam adalah ilmu yang membahas
aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait dengan-NYA secara rasional.
Muhammad Abduh : . “ tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah,
tentang sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan
kepada-Nya, sifat-sifat yang sma sekali wajib di lenyapkan dari pada-Nya; juga
membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka, meyakinkan apa
yang ada pada diri mereka, apa yang boleh di hubungkan kepada diri mereka dan
apa yang terlarang menghubungkanya kepada diri mereka” Kalau melihat definisi
pertama dapat di pahami bahwa Muhammad Abduh lebih menekankan pada Ilmu
Tauhid/Teologi yaitu pembahasan tentang Allah dengan segala sifat-Nya, Rasul
dan segala sifat-Nya, sedang yang kedua menekankan pada metode pembahsan, yaitu
dengan menggunakan dalil-dali yang meyakinkan.
Ruang
Lingkup Studi Teologi Islam Aspek pokok dalam kajian ilmu Teologi Islam adalah
keyakinan akan eksistensi Allah yang maha sempurna, maha kuasa dan memiliki
sifat-sifat kesempurnaan lainnya. Karena itu pula, ruang lingkup pembahasan
yang pokok adalah:
1.
Hal-hal yang berhubungan dengan Allah
SWT atau yang sering disebut dengan istilah Mabda. Dalam bagian ini termasuk
Tuhan dan hubungannya dengan alam semesta dan manusia.
2.
Hal yang berhubungan dengan utusan Allah
sebagai perantara antara manusia dan Allah atau disebut pula wasilah meliputi:
Malaikat, Nabi/Rosul, dan kitab-kitab suci.
3.
Hal-hal yang berhubungan dengan
sam’iyyat (sesuatu yang diperoleh melalui lewat sumber yang meyakinkan, yakni
Al-Quran dan Hadits, misalnya tentang alam kubur, azab kubur, bangkit di padang
mahsyar, alam akhirat, arsh, lauhil mahfud, dll).
Didalam
sejarah perkembangannya, Teologi islam pada mulanya berkembang dari: pertama,
sebagai metodologi teologi. Sebagai sebuah metodologi teologi merupakan suatu
cara untuk memahami doktrin agama melalui pendekatan wahyu dan pemikiran
rasionalnya. Kedua, menjadi ilmu teologi. Sebagai sebuah ilmu, teologi
merupakan ilmu yang membahas masalah ketuhanan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan-Nya. Dan ketiga, menjadi teologi aksiologi. Sebagai sebuah
aksiologi teologi, merupakan upaya memahami doktrin agama secara mendalam untuk
mengadvokasi berbagai permasalahan ketimpangan sosial. Wilayah pembahasan
teologi Islam secara ilmiyah, dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
pertama, teologi islam klasik teoritik.
Disiplin
ilmu ini, hanya membahas secara teoritik aspek-aspek ketuhanan dan berbagai
kaitan-Nya. Kedua, teologi islam kontemporer praktik. Disiplin ilmu ini, secara
praktik membahas ayat-ayat Tuhan dan sunnah-sunnah Rasul-Nya yang nilai
doktrinnya mengadvokasi berbagai ketimpangan sosial.
Teologi
kedua ini dapat dikembangkan lagi menjadi tiga kategori: pertama, Teologi
Lingkungan; kedua, Teologi Pembebasan; dan ketiga, Teologi Sosial. Ketiga
teologi Islam ini, merupakan teologi-teologi yang membahas aspek-aspek
ketuhanan dan berbagai kaitan-Nya, untuk mengadvokasi obyek formal teologi itu.
Seperti teologi lingkungan maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam
doktrin-doktrin agama islam dengan argumen rasionalnya yang nilainya berupaya
mengadvokasi permasalahan alam semesta. Disini dapat dikaji lebih luas lagi dengan
menampilkan kajian seperti: teologi pemelihara lingkungan, teologi sampah,
teologi banjir, dan yang sebangsanya. Teologi Transformatif. Maksudnya yaitu
pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama islam dengan argumen
rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi permasalahan perubahan. Disini
dapat dikaji lebih luas lagi dengan menampilkan kajian seperti: teologi
pembebasan, teologi pos modernisme, teologi sains, dan yang sebangsanya.
Teologi
Sosial. Maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama islam
dengan argumen rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi permasalahan
kemasyarakatan.
Dalam
mengembangkan kajian dalam bidang ilmu teologi Islam, maka berbagai
metodologi/pendekatan penelitiannya, dapat menggunakan beragam metodologi
penelitian. Hal ini disesuaikan dengan aspek teologi apa (aspek tokoh teologi,;
karya-karya para teolog; gagasan atau ide para teolog; sejarah perkembangan
(tokoh-tokoh, karya-karya, dan gagasan para teolog); pengaruh timbal balik
antar tokoh, karya-karya, dan gagasan para teolog dengan ipoleksosbudagama;
perbandingan (tokoh, karya-karya, dan gagasan); dan selain hal yang tersebut
didepan) yang akan diteliti oleh para pengkajinya.
D. Sumber-sumber Pembahasan Teologi
Islam
Adapun
sumber pembahasan yang digunakan untuk membangun Ilmu Teologi Islam menggunakan
beberapa sumber, yaitu:
1.
Sumber yang ideal
Yang
dimaksud dengan sumber ideal adalah Qur’an dan Hadits yang didalamnya dapat
memuat data yang berkaitan dengan objek kajian dalam Ilmu Tauhid. Misalnya,
telah dimaklumi dalam ajaran agama, bahwa semua amal sholeh yang dilakukan oleh
ketulusan hanya akan diterima oleh Allah SWT apabila didasari dengan akidah
islam yang benar. Karena penyimpangan dari akidah yang benar berarti
penyimpangan dari keimanan yang murni dari Allah. Dan penyimpangan dari
keimanan berarti kekufuran kepada Allah SWT.
Sedangkan
Allah tidak akan menerima amal baik yang dilakukan oleh orang kafir, berapapun
banyaknya amal yang dia kerjakan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman: “Barangsiapa
yang murtad diantara kamu dari agamanya, lau dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (QS. Al- Baqoroh : 217)
2.
Sumber Historik
Sumber
historis adalah perkembangan pemikiran yang berkaitan dengan objek kajian ilmu
tauhid, baik yang terdapat dalam kalangan internal umat islam maupun pemikiran
eksternal yang masuk kedalam rumah tangga islam. Sebab, setelah Rosulullah saw
wafat, islam menjadi tersebar, dan ini memungkinkan umat islam berkenalan
dengan ajaran-ajaran, atau pemikiran-pemikiran dari luar islam, misalnya dari
Persia dan Yunani.
Pemikiran
yang berkembang dalam kalangan internal umat islam, antara lain:
1. Pelaku
dosa besar. Masalah yang muncul, apakah masih ddihukumi sebagai mukmin atau
tidak.
2. Al-Quran
wahyu Allah. Apakah ia makhluk atau bukan, atau dengan kata lain, apakah
Al-Quran itu qadim atau hudus (baru).
3. Melihat
Tuhan Allah. Apakah itu di dunia atau di akhirat, atau di akhirat saja, dan
apakah dengan mata kepala ataukah dengan hati saja.
4. Sifat-sifat
Tuhan. Apakah Tuhan memiliki sifat-sifat zati dan sifat af’al (menurut konsepsi
al-sanusi,sifat-sifat ma’nawiyah), ataukah Dia tidak layak diberi sifat-sifat
tersebut.
5. Kepemimpinan
setelah Rosulullah wafat, apakah ia harus dipegang oleh suku Qurays saja , atau
apakah nabi Muhammad saw meninggalkan wasiat bagi seseorang dari ahlul bait
untuk memimpin umatnya ataukah tidak atau bahwa pemimpin itu harus dipilih
berdasar musyawaroh, atau menurut keputusan ahlul hall wal aqdi.
6. Takwil
terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Apakah diperbolehkan mengadakan takwil atau
tidak. Misalnya:
Janganlah
kamu sembah disamping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. (QS. Al- Qashas : 88) Pemikiran eksternal yang masuk kedalam
rumah tangga Islam saat itu, dan melahirkan persoalan teologi yang berkenaan
dengan perbuatan baik dan buruk. Apakah Tuhan Allah menciptakan baik dan yang
terbaik saja (al-salah wa al aslah) untuk manusia? Atau, Tuhan wajib
menciptakan yang baik dan yang terbaik saja bagi manusia sebab jika tidak
demikian maka Dia tidak adil (dhalim), dan itu mustahil bagi-Nya. Pendapat
diatas diteruskan dengan pendapatnya, bahwa Tuhan tidak menciptakan yang jahat.
Jahat dan buruk, pada hakikatnya, ciptaan manusia sendiri dan dia harus
bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukannya. Seperti, pemikiran dari
Zoroaster dan filsafat Yunani. Ini yang pada saat itu nampaknya lebih domonan
dibanding dari pemikiran-penikiran lainnya.
E.
Metode Pembahasan Studi
Teologi
islam Ada dua metode atau cara pembahasan Ilmu Tauhid, yakni:
1.
Menggunakan dalil naqli
Pada
dasarnya inti pokok ajara Al-Quran adalah tauhid, nabi Muhammad saw diutus
Allah kepada umat manusia adalah juga untuk mendengarkan ketauhidan tersebut,
karena itu ilmu tauhid yang terdapat didalam Al-Quran dipertegas dan diperjelas
oleh Rosulullah saw dalam haditsnya. Penegasan Allah dalam Al-Quran yang
mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa antara lain: “Katakanlah “Dia-lah Allah,
yang Maha Esa; Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada- Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan diperanakkan. Dan tidak ada serangpun yang setara dengan
Dia”. (QS. Al-Ikhlas : 1-4) Keesaan Allah SWT tidak hanya pada zat-nyatapi juga
esa pada sifat dan af’al (perbuatan)- Nya. Yang dimaksud Esa pada zat adalah
Zat Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian. Esa pada sifat berarti sifat
Allah tidak sama dengan sifat-sifat yang lain dan tak seorangpun mempunyai
sifat sebagaimana sifat Allah SWT.
2.
Menggunakan Dalil Aqli
Penggunaan
metode rasional adalah salah satu usaha untuk menghindari keyakinan yang
didasarkan atas taklid saja. Seperti telah disebutkan dalam pembahasan
terdahulu bahwa iman yang diperoleh secara taklid mudah terkena sikap ragu-ragu
dan mudah goyah apabila berhadapan dengan hujjah yang lebih kuat dan lebih
mapan. Karena itu ulama sepakat melarang sikap taklid didalam beriman. Orang
harus melakukan nalar dan penalaran baik dengan memakai dalil aqli maupun dalil
naqli. Didalam Al-Quran banyak ditemukan ayat yang mengkritik sikap taklid ini,
antara lain: “apabila dikatakan kepada mereka, marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rosul-Nya. Mereka menjawab, cukuplah bagi kami
apa yang kita dapatkan dari bapak-bapak kami, meskipun bapak-bapak mereka
tidakmengetahui apa-apa (tidak punya hujjah yang kuat) dan tidak mendapat
petunjuk”. (QS Al- Maidah : 104)
Ayat
ini mengandung kritikan terhadap sikap yang hanya ikut-ikutan sedangkan nenek
moyang yang diikutinya tidak memiliki hujjah yang kuat bagi keyakinannya. Dalam
hukum akal dijelaskan, apabila kita menerima suatu keterangan, maka akal kita
tentu akan menerima dengan salah suatu pendapat atau keputusan hukum, seperti:
1. Membenarkan
dan mempercayainya (wajib aqli)
2. Mengingkari
dan tidak mempercayainya (muhal atau mustahil)
3. Memungkinkan
(jaiz)
Adapun
dalam hal keyakinan, teori keyakinan membagi tipe keyakinan ada tiga, yaitu:
1. Keyakinan
itu ada dua, sentral dan periferal,
2. Makin
sentral sebuah keyakinan, ia makin dipertahankan untuk tidak berubah,
3. Jika
terjadi perubahan pada keyakinan sentral, maka sistem keyakinan yang lainnya
akan ikut berubah.
F. Hubungan Ilmu Teologi
Filsafat Islam dan Tasawuf Teologi Islam
sebagai sebuah disiplin ilmu yang subjek matternya adalah ketuhanan, berada
satu rumpun dengan disiplin ilmu pemikiran dalam islam (Teologi Islam, Filsafat
dan Tasawuf), memiliki hubungan yang dapat di klasifikasikan dalam:
1.
Dalam argumentasinya filasafat dibangun
di atas dasar logika, sehingga hasil kajianya spekulatif. Sedangkan ilmu
Teologi sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping argumentasi naqliyah
berfungsi untuk mempertahankan keyakinan- keyakinan agama yang sangat tampak
nilai apologinya. Teologi berisi keyakinan kebenaran agama yang di pertahankan
melalui argumen-argumen rasional. Ilmu Tasawuf adalahh ilmu yang lebih
menekankan rasa, intuisi, atau ilham dan inspirasi yang datang dari tuhan pada
rasio sehingga bersifat subyektif.
2.
Di pandang dari obyek kajianya ilmu
teologi adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan denganya. Filsafat
mengkaji masalah ketuhanan di samping masalh alam, manusia, dan segala sesuatu
yang ada. Sementara kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan
pada-Nya. Di pandang dari hal ini ketiga di siplin ilmu ini membahas maslah
tentang ketuhanan.
3.
Dalam masalah kebenaran, ilmu teologi
dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang tuhan dan yang berkaitan
denganya. Filsafat dengan wataknya sendiri,berusaha menghampiri kebenaran, baik
tentang alam maupun manusia atau tentang tuhan. Tasawuf dengan metodenya juga
berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual.
4.
Di lihat dari aspek aksiologi, teologi
berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio
sebagai upaya mengenal tuhan secara rasional. Adapun filsafat, lebih berperan
sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempuyai rasio secara prima untuk
mengenal tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan
ekosistemnya langsung.
Sedangkan
tasawuf lebih berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada oarnga telah
melepaskan rasionya secara bebas karena tidak memperoleh apa yang di carinya,
selain itu tasawuf berfungsi muatan rohaniah terhadap teologi dan filsafat.
tapi, sebagian orang memandang ketiganya memiliki jenjang tertentu. Pertam ilmu
teologi islam, kemudian filsafat dan tasawuf. Jadi merupaka kekeliruan jika
dialektika kefilsatan atau tasawuf teoretis diperkenalkan kepada masyarakat
awam karena akan berdampak pada terjadinya rational jaumping.
G. Manfaat Studi Teologi Islam
Teologi
Islam merupakan salah satu dari tiga pondasi Islam dan pemahamanya harus ada
dalam diri seseorang manusia yang beriman. Sedangkan iman itu di nyatakan
pertama nutqun bil lisan (menyatakan keislam secaralisan) harus berlandaskan
ilmu yang kuat yang di antaranya adalah ilmu kalam ini. Kedua, a’malu bil
arkan(melaksanakan keislaman secara fisik) dengan berlandaskan ilmu yang hak di
antaranya ilmu fiqh. Ketiga tashdiqu bil qolbi (membenarkan islam dengan
hatinya). Harus berpangkkal dengan ilmu batin yang benar dan yang membenarkan
adalah iomu tasawuf. Dari itu, mempelajari ilmu teologi sangat urgen karena dapat
memberikan landasan kuat bagi kebenaran kayakinan keberislaman atau
keberagamaan seseorang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
Teologi islam adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang
berkait dengan-Nya Ruang lingkupnya, Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT
atau yang sering disebut dengan istilah Mabda, berkenaan dengan utusan Allah
dan sam’iyyat. Teologi Islam berdasarkan Al-qur’an, Al-hadist dan sumber
historis (perkembangan pemikiran yang berkaitan dengan objek kajian ilmu
tauhid) Dengan mempelajari Teologi Islam ini di harapkan agar mengetahui
kebenaran- kebenaran yang menjadi dan kebenaran tentang ketuhanan dan ketimpangan
sosial yang terjadi dapat tereleminasi atau kalau mungkin teratasi secara baik
dan benar. b. Saran Sudah sepantasnya kita sebagai orang Islam mengethui adanya
aliran-aliran dalam Islam, dan mungkin makalah sangat cocok bagi kita untuk di
jadikan sebagai pegangan dalam pembelajaran tentang ilmu kalam atau tentang
ketuhanan, apalagi kita brada di ingkungan bebas yang di situ banyak
aliran-aliran dan pemikiran menyimpang.
B. Saran
Dari pembahasan diatas penulis memberikan saran kepada
pembaca khususnya bagi calon pendidik. Seorang clon pendidik yang baik
diharapkan bukan hanya bisamengajar tetapi juga mampu mendidik dan membimbing
anak untuk banyak belajar dari alam. Sehingga anak belajar dengan baik karen
anak melihat, mendengr, merasakan, mengalami dan mempraktikkn secara langsung
apa yang mereka pelajari
DAFTAR PUSTAKA
Louis O. Kattsoff, Pengantar
Filsafat, Tiara Wacana,Yogyakarta, 2004
Sudarminta, Epistemologi dasar, Kanisius,Yogyakarta,
2002
Sarkowi,
Teologi Islam Klasik, ReSIST Literacy, Malang Cet I 2010.
Rozak,
Abdul. Anwar,Rosihan, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2006. Majdid
Fakhry, The History of Islsmic Philoshopy, Columbia university, press Netwyor
,1983.
Hanafi
Ahmad, Pengantar Teologi Islam, Pustaka Alhusna Baru, Jakarta 2003.
Abduh,
Muhammad, Terj Risalah tauhid, Firdaus A.N, Bulan Bintang, jakarta 1979,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar